Networking = Kebutuhan ??

networking

Kalo baca judul itu mungkin akan ada yang terheran-heran dan berpikir apa coba hubungannya networking dan kebutuhan. Yup.. itu dia yang terlintas di kepala saya ketika saya masuk Universitas Ciputra dan belajar tentang entrepreneurship. Pada mata kuliah inilah saya baru mendengar para fasilitator menggembar-gemborkan kata “networking” sejak semester 1 hingga saat ini saya menginjak semester 5. Jadi, bisa dikatakan juga bahwa makhluk bernama “networking” yang dulunya terdengar seperti makhluk asing, saat ini telah menjelma menjadi teman sehari-hari.

Seperti yang sudah saya katakan, perkenalan pertama saya dengan networking ini terjadi saat semeter 1 mata kuliah entrepreneurship. 
Untuk lebih sederhananya, networking ini adalah teman, kenalan, relasi yang kita miliki. Nah, lalu apa gunanya networking ini? ini berguna di berbagai bidang termasuk dalam entrepreneurship. Saat semester 1, saya memanfaatkan networking ini untuk menawarkan produk yang saya jual saat personal selling. Saya masih ingat saat itu diminta untuk membuat sebuah mind map besar yang berisi networking atau jaringan yang saya punya. Lucunya, saya benar-benar berusaha mengingat semua teman, keluarga, mantan pacar, saudara, bahkan sampai temannya saudara untuk memperbanyak jumlah networking ini. Dan ini bukan dilakukan oleh saya saja, tapi kebanyakan teman melakukan hal yang sama. Karena dalam pemikiran kami, bisa jadi semakin banyak jumlah network yang ditulis, maka akan semakin bagus juga nilainya. Saya sering tertawa sendiri jika mengingat pengalaman ini. Ini mungkin hanya sekedar pengalaman kecil saja tentang networking tapi saya akui ini ampuh untuk menstimulus agar semakin memperluas networking. Saya mengatakan ini pengalaman kecil, karena ke depan, pada semester-semester selanjutnya, pengalaman networking semakin serius dan tak main-main. 

Semenjak itu, networking bukan lagi sesuatu yang asing bagi saya. Pengalaman networking lain yang lebih seru terjadi ketika semester 3. Saat itu, saya masuk di kelas E3 dan membuat bisnis berkaitan dengan pembuatan souvenir dengan bahan baku berupa kertas daur ulang. Jujur saja, hal-hal semacam ini sangat asing, mengingat juga kelompok saya terdiri dari 5 orang yang semuanya perempuan. Jadi, sejak awal pendirian bisnis ini kami sangat kelimpungan mencari networking yang berkaitan dengan kebutuhan bisnis kami ini, antara lain supplier kertas, percetakan, dan outlet penjualan. Demi mendapatkan itu semua, kami mengerahkan usaha keras dan memanfaatkan semua sumber informasi, mulai dari internet, bertanya pada dosen dan fasilitator, bahkan sampai harus jauh-jauh ke Malang.

Seperti kata pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, setelah berusaha keras mencari informasi dari berbagai sumber dan juga memanfaatkan network yang kami miliki, akhirnya kami mendapatkan semua kebutuhan itu. Bahkan, ada 1 kejadian yang cukup menarik ketika saya mencari informasi tentang supplier kertas. Untuk mencari informasi, saya harus jauh-jauh ke Malang untuk bertanya pada saudara saya yang memiliki teman di bidang pembuatan souvenir. Setelah mendapatkan alamat si  pembuat souvenir tersebut yang masih berada di Kota Malang, saya coba mendatanginya. Ini belum menjadi ujung dari proses pencarian saya. Dari si pembuat souvenir ini, saya mendapat informasi tentang supplier kertas yang menyediakan kertas daur ulang dan letaknya di Kota Surabaya.

Nah, dari pengalaman ini, saya menyadari betapa panjangnya rantai informasi yang harus kami lalui untuk mendapatkan hal yang kami butuhkan. Dan informasi-informasi ini bersumber dari network luas yang kita miliki. Jadi, percayalah bahwa networking adalah kebutuhan. Sejak dini, bergegaslah untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya network. Ini adalah bagian penting dari segala hal, baik informasi, berbisnis, bekerja, belajar, atau apapun. Berusahalah dan suatu saat kita akan menuai hasilnya. 🙂